Sang Ratu

Cerpen Remaja : Retno Wi

Sang Ratu mengelilingi ruangan yang penuh dengan butiran telur berwarna putih. Langkahnya tegap, seolah ingin menunjukkan keperkasaan dan wibawanya. Aku yang bertugas mengawal hanya mengikuti dari belakang. Kadang aku harus setengah berlari karena langkah kaki Sang Ratu yang lebar. Maklum, ukuran tubuhku memang berbeda jauh. Sang Ratu, sebagaimana ratu-ratu sebelumnya, memiliki tubuh yang ukurannya bisa mencapai tiga kali tubuhku. Dia terpilih menjadi ratu karena di antara keturunan ratu, dialah yang paling besar dan kuat. Tidak semua telur akan menjadi ratu. Kadang terbersit dibenakku, alangkah enaknya kalau aku terlahir menjadi ratu. Badannya besar, kuat, kemana-mana selalu dikawal, ditakuti karena wibawa dan karismanya...


***
Kerjanya hanya bertelur dan makan. Ia tidak perlu capek mencari makanan seperti semut-semut pekerja. Tapi bukankah aku tidak boleh menyesali takdir. Pasti Allah mempunyai tujuan tertentu menjadikan aku sebagai semut biasa.

Langkah Sang Ratu berhenti pada sebutir telur yang tampak bersih dan besar. “Sepertinya telur ini yang akan menggantikanku kelak.” Ruangan yang semula sunyi kini menggema karena suara Sang Ratu. Dinding-dinding tanah memantulkan suara Sang Ratu dengan nanar. “Kerajaan semut kita tidak akan musnah. Prajurit kita cukup banyak. Meskipun ratusan semut akan mati karena kekejian manusia, itu tidak akan memberi dampak yang berarti. Telur-telur ini akan segera menggantikan mereka dengan semangat dan kekuatan baru.” Senyap. Tak ada sahutan untuk kalimat Sang Ratu. Dan memang itu tidak perlu. Sang Ratu tidak pernah membutuhkan komentar dari semut pekerja sepertiku. Hanya udara yang menggema. Puas melihat keadaan telur-telurnya, Sang Ratu melangkahkan kakinya menuju ruang yang ada di seberang lorong. Dan aku, masih setia mengikuti langkah kaki tegapnya. Setia. Satu kata itu yang selama ini tertanam kuat dalam jiwaku. Bahwa aku ditakdirkan untuk menjadi pengawalnya.

Dua ekor semut penjaga menyambut kedatangan kami. Bibir mereka melempar senyum. Tapi aku yakin senyum ramah mereka hanya mendapat balasan dariku. Bukan dari Sang Ratu. Ada bau khas yang langsung menyergap hidung di ruangan yang cukup luas ini. Aneka makanan menjadi hiasan tersendiri. Ada butiran gula, serpihan roti sampai bau khas daging. Saraf-saraf di kepalaku langsung mengirim sinyal ke kelenjar liur untuk memproduksi cairan. Tapi keinginanku tinggal bayangan. Semua makanan di ruangan ini memang untuk Sang Ratu. Untuk semut sepertiku ada bagian tersendiri.

Sang Ratu tampak lahap menikmati hidangannya. Bahkan kalau boleh aku katakan Sang Ratu sangat rakus. Disela-sela mengunyah, suaranya kembali menggema. “Aku harus makan yang banyak agar sehat dan kuat. Dengan begitu, aku segera bertelur lagi. Kalau telurku banyak, kalian juga akan senang. Kekuatan kita akan semakin besar.” Hanya dinding yang menyahut dengan gaungnya. Namun tiba-tiba ada getaran yang tercipta. Gemuruh dinding yang mengguncang semuanya. Gelegar dan gempa. Bumi berguncang. Tubuhku berguncang. Makanan dan tubuh Sang Ratu juga bergetar. Dinding-dinding tanah ...
download cerpen bag 1 , download cerpen bag 2

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Sok kuasa banget sang ratu, kayak penguasa negeri ini jaman dulu kali.. Sip cerpennya

Anonim mengatakan...

Sang Ratu, i like this story .ech

Anonim mengatakan...

Kategorinya kok ada yang cerpen dewasa. Kalo ketahuan menko info bisa diblokir lhooo....
(misteri_use)
klik here

Muslimah Socks mengatakan...

Ya, namanya juga penguasa. Kadang kadang suka terbawa begitu.

Muslimah Socks mengatakan...

cerpen dewasa maksudnya bukan adult content. Tapi cerita hidup orang berumur alias dewasa. Thanks commentnya